Luka Terlalu Lebar, Jokowi-Mega Diprediksi Sulit Bertemu

Rujuk politik yang diharapkan banyak orang antara Megawati dan Jokowi ditengarai bakal sulit terwujud. Luka politik yang menganga di antara keduanya terlanjur terbuka dan melebar.
Pengamat politik dari Motion Cipta (MC) Matrix, Wildan Hakim mengatakan, bahkan hingga hari ini, Megawati masih belum membuka ruang untuk bertemu dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Hingga hari ini saja Megawati belum membuka ruang untuk bertemu dengan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Untuk membuka ruang bertemu dengan Jokowi jauh lebih sulit. Karena apa yang dilakukan oleh Jokowi itu lebih melukai perasaan Ibu Mega," katanya, dikutip Jumat (4/4/2025).
Menurut Wildan, keengganan Megawati untuk bertemu dengan Jokowi bukan semata-mata adanya unsur sifat kekanak-kanakan. Namun karena lebih mempertimbangkan aspek kemanfaatan politik yang didapat PDIP jika Megawati bertemu dengan mantan kadernya, yakni Jokowi.
“Nuansanya menjadi rumit. Keputusan Jokowi mencawapreskan Gibran ibarat pukulan yang memicu luka mendalam buat PDIP," kata Wildan.
Apalagi setelah itu capres partai banteng, Ganjar Pranowo kalah. Padahal, Jokowi dua kali direstui sebagai capres dan memimpin pemerintahan selama dua periode.
Sebagai politikus yang memiliki pertimbangan rasional, Megawati merasa lebih baik tidak bertemu dengan Jokowi dan SBY, meski keduanya sudah berstatus sebagai mantan presiden.
Besar kemungkinan Megawati enggan bertemu dengan kedua tokoh tersebut karena tidak ada kebutuhan yang mendesak.
"Tanpa ada pertemuan antara Megawati dan Jokowi, toh Puan Maharani selaku Ketua DPR sudah bertemu dengan Jokowi di beberapa acara seremonial. Puan bisa dianggap sebagai representasi Megawati dari sudut pandang politik," kata Wildan.
Wildan melihat, langkah Presiden Prabowo Subianto yang mengutus anak semata wayangnya, Didit Hediprasetyo untuk bertemu dengan Jokowi dan Megawati memiliki dua tafsir.
Pertama, menginformasikan kepada publik Indonesia tentang peran politik yang mulai dijalankan Didit selaku anak Presiden dan ketua umum Partai Gerindra. Kedua, menunjukkan taktik politik level ringan ala Presiden Prabowo.
"Dengan mengutus Didit, Prabowo hendak merelaksasi relasi antara tokoh-tokoh politik yang selama terkesan nggak rukun. Relaksasi berupaya memecah jalan buntu karena Jokowi dan Megawati masih saling menutup pintu," pungkas Wildan. []
© Copyright 2025, All Rights Reserved