Kebijakan Prabowo Mulai Ditunggangi Kepentingan Geopolitik

Baru 4 bulan memimpin republik ini, Prabowo Subianto telah mengambil berbagai kebijakan strategis dan dibangun berdasarkan UUD 1945.
Kebijakan tersebut antara lain adalah melakukan efisiensi untuk mengendalikan utang luar negeri dan mencegah kebocoran, program hilirisasi komoditi, hingga keputusan bergabung menjadi anggota BRICS, serta pembentukan Danantara dan Bank Emas.
Namun Aktivis 98, Haris Rusly Moti mencermati, berbagai kebijakan tersebut mulai berusaha ditunggangi pihak tertentu lewat kepentingan geopolitik.
Haris Rusly menilai, upaya tersebut terlihat dengan munculnya eskalasi politik di tengah kebijakan nasionalistik kerakyatan yang dikeluarkan pemerintahan Prabowo.
"Sejumlah kebijakan kerakyatan telah mengundang masuknya tangan-tangan senyap untuk menciptakan situasi eskalatif," kata Haris Rusly, dikutip Jumat (21/2/2025).
Ada pola yang berbeda dalam pergerakan kepentingan geopolitik. Sebelumnya, kata Haris, tangan-tangan geopolitik masuk secara terbuka melalui lembaga donor kepada sejumlah organisasi konvensional seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan ormas.
"Saat ini berbeda, polanya dengan melakukan rekayasa salah paham terhadap sejumlah kebijakan pemerintah untuk membenturkan masyarakat dan mengobarkan kemarahan publik melalui media sosial dan open source," ujarnya membeberkan.
Jika muncul protes dan kritik, Haris yakin itu terjadi karena salah paham terhadap kebijakan strategis pemerintah.
Haris yakin Prabowo masih memiliki jiwa patriotik dengan tidak pernah memecah-belah dan membenturkan masyarakat untuk urusan kekuasaan.
"Dasar dan arah terobosan Presiden Prabowo sudah tepat dengan sejumlah kebijakan strategisnya, namun membutuhkan pemahaman, penyesuaian, dan penyempurnaan di tingkat implementasinya," tandasnya. []
© Copyright 2025, All Rights Reserved