Meta Dituding Bantu Kembangkan Teknologi AI China

Seorang mantan eksekutif tinggi di Meta Platforms, Sarah Wynn-Williams, mengejutkan publik Amerika dengan pernyataannya.
Secara serius, Wynn menuding perusahaan media sosial raksasa itu telah membahayakan keamanan nasional Amerika Serikat dengan mendekati China. Bahkan, ujar Wynn, Meta diduga turut serta dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk kepentingan militer negara tersebut.
Wynn-Williams, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Kebijakan Publik Global di Meta (dulu Facebook), memberikan kesaksian di hadapan Subkomite Kehakiman Senat AS untuk Kejahatan dan Kontraterorisme pada Rabu lalu. Ia mengklaim menyaksikan langsung bagaimana para petinggi Meta memberikan pengarahan kepada perwakilan Partai Komunis China sejak tahun 2015.
Dalam pernyataannya yang telah bocor ke publik melalui Bloomberg News, Wynn-Williams mengungkap bahwa pengarahan tersebut mencakup teknologi baru yang sangat strategis, termasuk kecerdasan buatan. Ia menegaskan bahwa tujuannya kala itu cukup eksplisit: membantu China unggul dari perusahaan-perusahaan teknologi Amerika.
“Pengarahan ini fokus pada AI dan teknologi penting lainnya. Saya melihatnya sendiri—Meta secara aktif memberikan informasi kepada China dengan tujuan jelas: membuat mereka lebih unggul dari para pesaing Amerika,” kata Wynn-Williams dalam pernyataan tertulisnya.
Wynn bahkan menyebut bahwa terdapat “garis lurus” antara pengarahan yang dilakukan Meta pada 2015 dan bagaimana kini teknologi AI Meta digunakan untuk membangun kekuatan militer China.
Namun, hingga kini, klaim tersebut belum disertai bukti rinci atau pengalaman teknis langsung yang mendukung keterkaitannya.
Menanggapi tudingan tersebut, juru bicara Meta, Andy Stone, langsung memberikan bantahan tegas.
Menurutnya, meskipun Meta memang pernah menyampaikan ketertarikannya untuk membuka layanan di China lebih dari satu dekade lalu, kenyataannya perusahaan itu saat ini tidak beroperasi di negara tersebut.
“Facebook tidak pernah berhasil diluncurkan di China. Platform kami tetap dilarang karena masalah sensor, dan kami tidak menjalankan layanan apa pun di sana,” ujar Stone.
Stone juga membantah laporan Reuters yang menyebut bahwa sejumlah peneliti China, termasuk yang memiliki keterkaitan dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), mengembangkan model AI untuk penggunaan militer berdasarkan teknologi Meta.
Menurut Stone, laporan itulah yang kemungkinan menjadi acuan Wynn-Williams dalam menyusun kesaksiannya
Tapi di sisi lain, Wynn-Williams tetap berencana menyoroti hubungan bisnis Meta dengan China dalam kesaksiannya. Ia merujuk pada dokumen internal yang menunjukkan bahwa Meta masih memperoleh pendapatan dari pengiklan yang berbasis di China, meskipun layanan platform mereka diblokir di negara itu.
Pernyataannya menimbulkan pertanyaan besar: Jika Facebook diblokir di China, bagaimana Meta bisa tetap mendapatkan keuntungan dari pasar tersebut? Pertanyaan ini pun menarik perhatian anggota parlemen, termasuk Senator Josh Hawley dari Missouri, yang saat ini memimpin subkomite yang akan mendengar kesaksian Wynn-Williams.
Wynn-Williams menjadi sorotan setelah merilis memoar berjudul Careless People, yang langsung melesat ke daftar buku terlaris. Buku ini merinci pengalamannya selama bekerja di Facebook, termasuk pengakuan-pengakuan mengejutkan tentang praktik internal perusahaan. Meta dilaporkan sempat berusaha mencegah publikasi beberapa pernyataan dalam buku tersebut dengan meminta arbiter darurat.
Namun, upaya tersebut tampaknya gagal menghentikan gelombang kritik yang kini mengarah ke Meta. Dalam memoar dan kesaksiannya, Wynn-Williams juga menuduh Meta telah menyediakan perangkat lunak AI canggih, termasuk alat pengawasan, kepada pihak-pihak di China. []
© Copyright 2025, All Rights Reserved