Laki-laki di Desa Kedang Ipil Ikut Memasak

Acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang digelar di Desa Kedang Ipil, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur pada Senin (14/5/2025) hingga Rabu (16/4/2025) menyisakan cerita tentang bagaimana laki-laki warga Kedang Ipil terlibat dalam proses memasak.
Proses memasak yang selama ini identik dengan wilayah domestik perempuan, dalam tiga hari di Desa Kedang Ipil, dikuasai oleh bapak-bapak. Mereka turut serta memasak air, memasak makanan, menjaga tungku, dan aktivitas memasak lainnya.
Sebuah ruangan berlantai tanah dan berdinding bambu berukuran kurang lebih 4x4 meter persegi dipenuhi bapak-bapak. Sambil mengobrol mereka sesekali terlihat membuka panci-panci besar dengan diameter hingga 60 cm. Di dalam panci-panci tersebut bergantian isi masakan yang diolah. Kadang merebus air, merebus ubi, memasak sayur, dan seterusnya.
Para bapak menjaganya dengan seksama. Beberapa kali terlihat mereka bekerjasama mengangkat panci dari tungku atau dari kompor. Menurunkan ke bawah, menuang air yang sudah mendidih, dan lain lain. Sementara para ibu terlihat mengupas bawang, memotong sayuran dan mengerjakan pekerjaan yang lebih ringan.
Dalam sambutannya sebelum makan siang perpisahan dengan seluruh tim Rakernas AMAN dan warga, Kepala Desa Kedang Ipil Kuspawansyah mengatakan bahwa ‘bertulungan’ atau bekerjasama dan saling tolong bukanlah sekadar semboyan bagi warganya. Namun sudah terinternalisasi dalam diri setiap warganya.
“Bahkan menjelang acara Rakernas AMAN ini, kami sudah membentuk tim yang bekerja bergantian untuk memasak dan menjamu tamu-tamu anggota AMAN dari seluruh Indonesia ini. Semua kami libatkan termasuk para bapak-bapak dan ibu-ibu ini,” ujarnya.
Kuspawansyah juga menceritakan bahwa gotong royong, bahu membahu dan bekerjasama adalah hal yang sudah mandarah daging di Desa Kedang Ipil. Dan semua warga terlibat merasakan hal yang sama. Ia mencontohkan jika ada warga yang meninggal dunia, maka semua warga akan melakukan Ba’i, yaitu terlibat membantu keluarga yang berduka, mulai dari menguburkan hingga berdoa selama tiga hari lamanya.
“Jadi semua warga akan terlibat dan saling membantu. Kami bertulungan. Semua terlibat, termasuk bapak-bapak dan ibu-ibu. Kerja bareng ini artinya berbagi tugas bagi seluruh warga Kedang Ipil,” ujarnya menegaskan.
Pembagian tugas dilakukan tanpa mengenal gender. Pengelompokkan dilakukan untuk mempermudah koordinasi kerja. Jadi, di Desa Kedang Ipil, laki-laki juga masuk dapur dan ikut memasak. Sepertinya cerita laki-laki egois yang tak mau masuk dapur tak berlaku bagi warga desa ini. []
© Copyright 2025, All Rights Reserved