Ramai, Karyawan Xiaomi Dipaksa Bekerja Ekstrem

Perusahaan teknologi asal Tiongkok, Xiaomi, kini tengah menjadi sorotan. Media sosial di Tiongkok ramai memberitakan bahwa karyawan Xiaomi dipaksa bekerja lebih dari jam normal.
Sebuah unggahan di Maimai, platform media sosial profesional dan populer di Tiongkok yang mirip LinkedIn, membeberkan praktik kerja lembur berlebihan di internal Xiaomi. Bahkan, disebutkan dalam unggahan tersebut, dalam beberapa kasus, durasi kerja mereka bisa mencapai 15 jam sehari.
Unggahan tersebut langsung menjadi perbincangan hangat dan menimbulkan kekhawatiran publik. Menurut laporan yang dikutip dari Gizmochina pada Jumat (25/4/2025), karyawan Xiaomi disebut-sebut diwajibkan untuk bekerja minimal 11,5 jam per hari.
Jika bekerja kurang dari delapan jam, karyawan bahkan diminta memberikan penjelasan tertulis mengapa terjadi “kekurangan” tersebut.
Tak berhenti di situ, karyawan dengan total jam kerja rendah secara konsisten akan masuk radar pengawasan internal. Mereka disebut-sebut kerap mendapat teguran, bahkan ada yang didorong untuk mengundurkan diri.
Menariknya, kebijakan kerja ini tampaknya tidak seragam di semua lini. Sejumlah karyawan mengonfirmasi kepada Gadget Diva, Senin (28/4/2025), bahwa setiap divisi memiliki standar jam kerja yang berbeda-beda. Misalnya, satu tim memiliki jam kerja minimum 10,5 jam per hari, sementara tim lainnya bisa mencapai 14 hingga 15 jam.
Seorang karyawan yang bekerja di divisi ponsel pintar Xiaomi mengatakan bahwa timnya sendiri memiliki standar kerja 12,5 jam sehari. Bahkan, hal ini disebutkan disampaikan secara lisan oleh manajer untuk menghindari bukti tertulis.
Hal lain yang memprihatinkan adalah sistem penalti terhadap karyawan yang mengambil cuti. Menurut beberapa laporan, bahkan mengambil libur satu hari saja dalam sebulan bisa menurunkan rata-rata jam kerja harian di bawah batas minimum yang ditentukan.
Akibatnya, karyawan tersebut akan diawasi lebih ketat dan diharapkan mengganti waktu libur dengan kerja lembur di hari lainnya. Sistem ini disebut-sebut menciptakan tekanan mental yang cukup tinggi, terutama bagi karyawan yang sudah bekerja keras setiap hari.
Lebih lanjut, Jiupai News juga melaporkan bahwa sistem kerja ekstrem ini bukanlah hal baru. Salah satu karyawan mengatakan bahwa praktik semacam ini telah berlangsung hampir dua tahun. Hanya saja, baru kali ini mendapatkan sorotan publik secara luas.
“Dulu kami anggap ini bagian dari budaya kerja di perusahaan teknologi. Tapi semakin lama, rasanya makin berat,” ungkapnya. []
© Copyright 2025, All Rights Reserved