Setiap tahun perguruan tinggi meluluskan lebih dari ribuan mahasiswa baik di tingkat strata 1 (S1) maupun magister atau S2. Namun hanya segelintir diantaranya yang bersedia bekerja dan mengabdi di daerah tertinggal, khususnya wilayah Indonesia bagian timur. Padalah pembangunan ekonomi kreatif dimulai dari desa hingga perkotaan.
Dirjen Pengembangan Daerah Tertentu Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes-PDTT) Johozua M Yoltuwu mengatakan, mayoritas desa tertinggal masih sangat membutuhkan sumber daya manusia (SDM) terutama yang ahli di bidang pertanian, pertambangan, perikanan, perhutanan dan agribisnis. Karena SDM di daerah tertinggal sangat kecil. Sehingga harus ada kerja sama dengan perguruan tinggi supaya lulusan yang dihasilkan mau kembali membangun desa.
“Perguruan tinggi harus mampu membentuk lulusan yang menjadi agen perubahan di masyarakat, bukan lulusan pencari kerja. Karena perguruan tinggi bukan penyedia tenaga kerja. Makanya, kami meminta para sarjana mau turun ke desa,” katanya dalam acara Seminar Nasional di Institut Ilmu Sosial dan Managemen Stiami di Jakarta, Minggu (21/05).
Apalagi, lanjutnya, ada 144 kabupaten yang saat ini masih tergolong daerah tertinggal seperti Nusa Tenggara Timur sejatinya memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dimaksimalkan. Untuk itu diperlukan SDM yang mumpuni. Maka, pihaknya berharap, melalui kerja sama lintas kementerian/lembaga (k/l) serta perguruan tinggi akan mampu mewujudkan cita-cita pemerintah membangun Indonesia dari pinggiran sebagaimana termaktub dalam Nawacita.
“Ke depan kami akan lakukan konsolidasi untuk membedah potensi yang ada di desa. Tapi di samping itu, sekolah kejuruan dan perguruan tinggi vokasi akan kami fasilitasi supaya lulusannya nanti bisa diberdayakan membangun desa. Sehingga para sarjana ini bisa menjadi tokoh dan pemimpin untuk membangun desa,” tandasnya.
Menyikapi hal tersebut, Rektor Institut Stiami Panji Hendrarso menambahkan, dukungan untuk senantiasa membantu pemerintah di dalam upaya pembangunan ekonomi tidak hanya di kota melainkan juga di desa. Di antaranya dengan menciptakan suasana lingkungan yang kondusif bagi mahasiswa agar dapat terus mengembangkan kreativitas. Karena pembangunan ekonomi di masa depan membutuhkan SDM kreatif.
“Selain menciptakan ruang kreativitas, perguruan tinggi juga perlu mengintegrasikan proses kreasi, produksi dan distribusi hasil kreativitas tersebut dengan pihahk-pihak terkait termasuk pemerintah dan industri,” tegasnya.
Dijelaskan, problema yang dihadapi bangsa saat ini adalah ketimpangan infrastruktur, sarana dan prasarana serta ketersediaan energi. Oleh karena itu, dukungan yang diberikan perguruan tinggi dalam ikut serta memecahkan permasalahan bangsa tersebut adalah menghasilkan lulusan yang menguasai iptek dengan pendekatan ilmu monodisiplin, multidisplin, interdisiplin dan transdisiplin.
“Paradigma yang selama ini dikembangkan infrastructur following people, menjadikan kota besar akan semakin dipadati orang-orang dari desa. Pola kebijakan pembangunan harus dibalik, yakni daerah tertinggal harus didorong untuk dibangun infrastruktur maupun fasilitasnya. Diikuti sarjana kembali ke desa yang harus mulai dibangun dengan keterlibatan stakeholder terkait. Lulusan sarjana kami tentu bisa ikut berpartisipasi mendorong hal tersebut,” pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved