Tak ada seorang pun yang ingin dilahirkan dengan fisik tak sempurna. Tapi, ketika takdir itu terjadi, tak ada yang bisa mengelak. Bagi yang bijak, keterbatasan fisik tak membuatnya pasrah. Bahkan menjadi pemacu diri untuk terus berbuat, berkarya dan berprestasi. Ema Dian Pratiwi, adalah salah satunya.
Ema adalah seorang anak berusia 12 tahun yang menderita kebutaan sejak lahir. Dokter telah memvonis putri bungsu dari pasangan Sutiyem dan Poniran itu, tidak akan bisa melihat seumur hidupnya. Saraf matanya telah rusak sejak lahir. Operasi ataupun donor mata, tidak akan manjur lagi baginya.
Dibalik kekurangannya itu, Ema berhasil menunjukkan prestasi yang luar biasa untuk ukuran anak seusianya. Disabilitas yang disandangnya, tak menghalanginya untuk mengasah bakat dan mengukir prestasi. Ia pintar mencipta lagu, dan punyasuara merdu. Salah satu Lagu ciptaannya, bahkan menjuarai ajang lomba menyanyi se-Jawa Timur saat peringatan Hari Anak Nasional 2012.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA), Linda Amalia Sari Gumelar kepincut dengan kemerduan suara Ema. Linda pernah mendengarkan Ema menyanyikan lagu ciptaannya berjudul “Temanku, Maafkan Aku,” saat tengah melakukan kunjungan kerja ke Pacitan, Jawa Timur. Bagi Linda, Ema bisa menjadi ikon para anak-anak lain penyandang disabilitas. Karena dengan keterbatasannya mereka masih tetap optimis, riang, semangat, dan berprestasi.
Dari Pacitan, Linda pun memboyong Ema ke Jakarta agar bisa mengikuti peringatan puncak Hari Anak Nasional (HAN) bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Rabu (29/08), kemarin. Disamping menyanyikan lagu ciptaannya dihadapan Presiden dan para hadirin, dalam acara itu, Ema menerima penghargaan dari KPP-PA.
“Saya memang tak bisa melihat. Tapi keterbatasan fisik bukanlah penghambat buat saya untuk berprestasi dan berkarya demi menggapai impian saya," ujar siswi siswa kelas 4 SDLB YKK Pacitan ini kepada politikindonesia.com, usai menerima penghargaan.
Kepada Elva Setyaningrum, anak bungsu dari 5 bersaudara ini mengaku sudah sudah berhasil menciptakan 6 buah lagu. Yaitu "Temanku Maafkan Aku", "Ibuku", "Guruku", "Jangan Berputus Asa", "Berdendang Ria", dan "Jangan Berkecil Hati".
“Semua lagu itu Ema ciptakan spontan saja. Karena memang sudah lama pengen menciptakan lagu dan baru sekarang Tuhan memberikan kemudahan menemukan syair-syair indah untuk lagu-lagu itu.”
Menjadi semangat, melihat optimisme yang dipancarkan Ema. Meski masih anak-anak, ia tidak putus asa dengan kekurangan yang ada padanya. Kasih sayang dan dorongan kedua orang tuanya membuat Ema tetap teguh mengejar impiannya. Dewasa kelak, Ema ingin menjadi guru agar dapat membantu anak-anak Indonesia yang bernasib tidak beruntung seperti dirinya. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana awalnya Ema bisa menciptakan lagu?
Spontan saja. Saat itu Ema tengah bermain dengan teman-temannya, tiba-tiba saja dapat ide untuk menciptakan lagu. Kemudian Ema menulis syairnya dan hasilnya, terciptalah lagu yang saya beri judul “Temanku, Maafkan Aku.” Itu lagu pertama yang Ema ciptakan.
Apakah saat itu, Ema berbuat salah atau berantem sama teman?
Tidak. Lagu itu Ema buat spontan. Tidak sedang berantem atau bikin kesalahan terhadap teman. Ema merasa semua teman-teman sayang sama Ema. Meski Ema tidak bisa melihat, teman-teman tidak pernah mempermasalahkannya. Tidak ada dari mereka yang menghina kekurangan itu. Mereka sayang sama Ema.
Lagu “Temanku, Maafkan Aku” yang menjuarai lomba itukan?
Iya. Lagu “Temanku, Maafkan Aku” meraih juara satu lomba nyanyi se-Jawa Timur dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional.
Ema bisa cerita, dari mana ide-ide syair lagu yang diciptakan itu didapat?
Semua lagu itu Ema ciptakan berdasarkan pengalaman pribadi. Sebenarnya sudah sejak lama pingin sekali menciptakan lagu, seperti orang normal. Tapi baru tahun 2012 ini keinginan itu tercapai.
Berapa lama proses pembuatan lagu itu?
Ema membutuhkan waktu 3 hingga 4 hari. Dalam pengerjaannya, Ibu banyak membantu Ema. Ema juga merasa dibantu Tuhan untuk mendapatkan syair-syair dalam lagu-lagu yang diciptakan. Tuhan banyak memberikan kemudahan buat Ema.
Dorongan apa yang membuat Ema mencipta lagu?
Ema ingin menghibur hati ibu, yang kadang sering sedih melihat kondisi Ema. Mungkin ibu berpikir, Ema selalu menderita karena tidak bisa melihat. Kadang ibu suka nangis kalo Ema keceplosan bilang ingin melihat seperti apa rupa wajah Ibu dan Ayah. Tapi Ema bisa merasakan Ibu dan ayah dengan meraba wajahnya. Ibu juga punya lagu tentang keadaan Ema yang tidak bisa melihat, makanya Ema juga ingin bikin lagu buat Ibu.
Ema sering diundang menyanyi?
Ema pernah menyanyi di depan ibu Linda (Menteri PP-PA) dan pak Haryono. (Mantan Menteri Kependudukan dan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Haryono Suyono) di Pacitan, Jawa Timur. Ema juga sering diundang untuk menyanyi di beberapa acara di Jawa Timur. Ema bangga kali ini, bisa bernyanyi di hadapan bapak Presiden.
Dapat honor dari menyanyi itu?
Iya. Setiap kali menyanyi, dikasih honor. Duitnya Ema tabung untuk biaya sekolah.
Apa cita-cita Ema kalau sudah besar nanti, mau jadi penyanyi?
Tidak. Ema tak ingin menjadi penyanyi, Ema ingin jadi Guru. Menciptakan lagu dan menyanyi ini hanya hobi saja.
Kenapa Ema ingin menjadi guru?
Guru itu mulia dan tulus mengajarkan muridnya. Ema ingin kalau besar nanti bisa mengajar anak-anak Indonesia yang tidak beruntung, khususnya tunanetra. Guru itu mulia, tulus dan tidak pernahmengharapkan balasan apa-apa. Contohnya, Pak Toto, guru wali kelas Ema di sekolah. Beliau dengan tulus mengajar Ema dan teman-teman.
© Copyright 2024, All Rights Reserved