Lembaga pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, Puskesmas atau klinik adalah tempat pengobatan dan menyembuhkan penyakit. Akan tetapi, tempat pengobatan tersebut harus diwaspadai sebagai tempat berkumpulnya kuman dan virus yang berasal dari pasien dengan beragam penyakit. Jika sistem pencegahan tidak baik, pasien, pengunjung bahkan petugas rumah sakit malah bisa tertular infeksi nosokomial.
Kata Ketua Himpunan Perawat Pengendalian Infeksi Indonesia, Costy Pandjaitan, hingga kini, infeksi nosokomial masih menjadi persoalan di seluruh dunia. Kondisi ini pun juga terjadi di tempat pelayanan rumah sakit di Indonesia.
“Bangunan fisik sejumlah layanan kesehatan di Indonesia tidak menjadi ukuran terkendalinya infeksi tersebut,” ujar dia kepada politikindonesia.com, seusai menjadi pembicara pada Simposium Ilmiah Pencegahan Infeksi Nosokomial yang diadakan Unilever dan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) di Jakarta, Kamis (10/01).
Costy menerangkan, berdasarkan data badan kesehatan dunia, WHO, infeksi yang terjadi akibat interaksi yang berlangsung di rumah sakit (nosokomial) merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia.
Data tahun 2005 menunjukan, infeksi nosokomial menyebabkan 1,4 juta orang di seluruh dunia meninggal. Sementara itu, sekitar 10 persen pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia mengalami infeksi nosokomial.
“Kalau di Indonesia, berdasarkan penelitian pada tahun 2004 yang dilakukan di 11 rumah sakit di Jakarta, menunjukan 9,8 persen pasien rawat inap terinfeksi nosokomial. Di Indonesia, izin operasional rumah sakit bisa dicabut kalau angka kejadian infeksi nosokomial tinggi," ungkapnya.
Kepada Elva Setyaningrum, Costy menjelaskan cara penyebaran infeksi nosokomial. Siapa yang paling mudah terinfeksi serta cara pencegahannya. Berikut petikan wawancaranya.
Apa itu infeksi nosokomial?
Infeksi nosokomial adalah infeksi penyakit yang terjadi akibat interaksi yang berlangsung di rumah sakit. Infeksi nosokomial bisa terjadi dari penularan dari pasien ke pasien lain, dari pasien ke pengunjung atau keluarga, atau dari petugas ke pasien.
Bagaimana penyebaran infeksi nosokomial?
Penularan infeksi ini bisa terjadi saat petugas melaksanakan tindakan atau perawatan terhadap pasien. Penularan juga bisa terjadi melalui udara, misalnya saat bersin, batuk, berbicara. Kontak jarak dekat antara 60 centimeter hingga 1 meter juga bisa mempermudah transmisi mikroba ini. Penularannya melalui inhalasi (airbone), dimana bakteri ukuran kurang dari 5 mili micron bisa bertahan hidup di udara dalam jangka waktu panjang dan bisa berpindah dengan jarak yang jauh.
Menurut Anda, siapakah yang paling rentan terinfeksi nosokomial?
Anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun adalah yang paling rentan terinfeksi nosokomial. Makanya, mereka dilarang membesuk orang yang sedang dirawat inap di rumah sakit. Anak-anak usia ini daya tahan tubuhnya masih rendah dan belum sempurna. Selain itu, nosokomial mudah terinfeksi pada pasien yang baru saja menjalani rawat inap dengan menggunakan alat infus dan alat bantu pernapasan serta pasien yang baru di operasi. Alat-alat tersebut merupakan benda asing bagi tubuh, jadi membuat kekebalan tubuh pasien semakin menurun dan penularan infeksinya semakin tinggi.
Jenis penyakit yang paling banyak disebabkan infeksi nosokomial?
Infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter, infeksi bagian tubuh yang dioperasi, infeksi paru (pneumonia), dan infeksi aliran darah karena infus yang kotor. Jika hal ini terjadi, akan membuat masa rawat pasien lebih lama dan biaya kesehatan lebih mahal untuk membeli antibiotik yang lebih kuat.
Mengapa infeksi nosokomial terus berkembangbiak?
Karena kesadaran tenaga kesehatan, pasien dan pengunjung untuk mencuci tangan guna menghindarkan penyebaran infeksi terkait layanan kesehatan masih rendah. Bahkan, di seluruh dunia, rata-rata hanya 40-50 persen tenaga kesehatan yang disiplin mencuci tangan usai menangani pasien.
Ada cara yang efektif mencengah terinfeksi nosokomial?
Infeksi nokosomial dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan tangan melalui cuci tangan pakai sabun antikuman. Kebiasaan menjaga kebersihan dengan mencuci tangan pakai sabun benar-benar tindakan yang efektif untuk menghilangkan kuman dan mencegah penyebaran nosokomial.
Mereka yang berhubungan langsung dengan berbagai macam pasien, berarti juga berhubungan dengan bermacam-macam virus dan kuman. Jadi menjaga kebersihan tangan adalah pertahanan awal untuk menjaga kesehatan. Penelitian WHO menyebutkan, tangan kita mengandung bakteri 39.000-4.600.000 CFU/cm2 yang sangat berpotensi menyebabkan penyakit infeksi menular.
Apa langkah sederhana dalam menjaga kebersihan tangan yang bisa dilakukan petugas medis?
Cuci tangan pakai sabun secara teratur pada waktu yang tepat wajib dilakukan petugas medis. Setidaknya ada 5 waktu penting untuk mencuci tangan, yaitu sebelum menemui pasien, setelah menemui pasien, sebelum melakukan tindakan medis, setelah menyentuh sekitar lokasi perawatan pasien dan setelah membersihkan peralatan medis.
Dari hasil riset, mencuci tangan pakai sabun secara teratur bisa mencegah tingkat kejadian penyakit infeksi menular seperti diare hingga 50 persen dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) hingga 45 persen.
Bagaimana cara Anda membuat petugas medis, pasien dan pengunjung rumah sakit terbiasa mencuci tangan?
Sosialisasi terus-menerus. Penting untuk terus diingatkan bagi siapa saja di rumah sakit mengenai menjaga kebersihan tangan mereka. Khusus untuk petugas medis harus terus menerus digiatkan untuk mencegah penyebaran kuman dan infeksi nosokomial. Selain itu, Kementerian Kesehatan juga mensyaratkan setiap rumah sakit memiliki program pencegahan dan pengendalian infeksi serta memiliki komite pengendalian infeksi rumah sakit.
Apa cara rumah sakit mencegah infeksi nosokomial?
Kini, di setiap sudut rumah sakit di sediakan cairan khusus berbahan dasar alkohol yang lebih cepat membasmi kuman di tangan. Untuk menghemat biaya, sejumlah rumah sakit besar, seperti Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan RS Fatmawati, Jakarta, membuat cairan antiseptik sendiri. Dengan kemasan praktis yang dapat dibawa, tenaga kesehatan diharapkan tak lupa cuci tangan sebelum melakukan tindakan medik.
Namun, mencegah infeksi bukan hanya tanggung jawab tenaga kesehatan. Pasien, keluarga pasien, dan pengunjung pasien punya kewajiban yang sama untuk mengurangi penyebaran infeksi terkait layanan kesehatan. Karena di negara lain, pasien berani menolak disentuh tenaga kesehatan jika mereka tak membersihkan tangan lebih dahulu. Di Indonesia, kondisi ini masih sulit. Bahkan, untuk saling mengingatkan di antara tenaga kesehatan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved