Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2017 perekonomian Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,07 persen. Angka ini lebih besar dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, dimana deflasi berada diangka 0,02 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto,mengatakan, dengan angka ini, laju inflasi tahun kalender Januari-Agustus 2017 tercatat mencapai 2,53 persen. Ia menyebut, penurunan harga pada bahan kelompok makanan dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan menjadi pemicu terjadinya deflasi
Kecuk, menuturkan secara umum posisinya sama seperti periode sebelumnya. Di mana ketika Lebaran terjadi inflasi dan beberapa bulan setelahnya deflasi. “Yang terjadi menyerupai di 2015, ada inflasi terjadi Juli turun jauh, dan sekarang alami deflasi," ungkapnya dalam jumpa pers di Kantor BPS, Jakarta, Senin (04/09).
Dari kelompok bahan makanan, terjadi deflasi 0,14 persen. Penyumbang deflasi terbesar adalah bawang merah dengan penurunan harga 11,79 persen sehingga memberikan andil 0,07 persen.
Harga bawang putih juga menurun 13,70 persen dengan andil deflasi 0,05 persen. “Kemudian ikan segar, beberapa sayuran ada tomat, cabai rawit 0,02 persen, bayam wortel, kelapa andilnya 0,01 persen. Ini komoditas utama yang memberikan andil deflasi," terang dia.
Deflasi juga terjadi pada transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,67 persen. “Tarif angkutan udara kembali normal, dan alami penurunan harga 8,3 persen, dan andil 0,10 persen, satu lagi tarif angkutan kota andilnya 0,01 persen. Namun ada kenaikan ponsel memberi andil 0,01 persen," imbuhnya.
Kelompok lain yang mengalami inflasi adalah makanan jadi dan rokok sebesar 0,26 persen, meliputi nasi lauk pauk, rokok kretek, gas dan BBM. Selanjutnya sandang inflasi 0,32 persen, meliputi emas perhiasan, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olah raga.
"Kita duga akan ada pengaruh inflasi dari pendidikan, kemungkinan September masih ada tapi tidak terlalu signifikan," tukasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved