Gunung Anak Krakatau memasuki fase erupsi Strombolian (lontaran lava dan material pijar). Sejak meletus Minggu siang (02/09), hingga kini kawah Anak Krakatau masih terus melontarkan lava pijar. Akan tetapi intensitasnya cenderung menurun. Sementara satu alat pemantau yang dipasang dekat kawah gunung tersebut saat ini tidak lagi berfungsi.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) DR Surono, melalui pesan singkat yang diterima politikindonesia.com, Selasa sore (03/09).
“Tremor letusan Gunung Anak Krakatau masih terus berlangsung, dengan intensitas cenderung menurun. Visual kearah puncak Anak Krakatau tertutup kabut,” terang Surono.
Ia menjelaskan, sepanjang Minggu kemarin, terpantau 7 kali gempa vulkanik dalam, 79 kali gempa vulkanik dangkal dari Anak Krakatau. Tremor menerus terjadi dari pukul 00:00-11:30 WIB. Pada pukul 18.30 WIB teramati lontaran material pijar dengan ketinggian sekitar 300 meter dari puncak.
Akibat aktifitas vulkanik Anak Karakatau tersebut, sejak pukul 16.39 WIB satu alat pemantau yang dipasang dekat kawah gunung itu tidak lagi mengirimkan data. Diduga alat tersebut rusak akibat tertimpa material letusan Anak Krakatau. Saat ini, tinggal 1 seismograf saja yang berfungsi.
Meski ada peningkatan aktivitas pada Anak Krakatau, Surono menegaskan sampai saat ini statusnya tetap Waspada level II. PVMBG merekomendasi masyarakat di pantai Banten dan Lampung agar tetap tenang dan melakukan aktivitas seperti biasa. "Agar para pengunjung Anak Krakatau tidak mendekati lokasi dalam radius 1 km dari titik letusan. Letusan Anak Krakatau tidak akan menyebabkan tsunami," tandas Surono.
© Copyright 2024, All Rights Reserved