Wilayah Jabodetabek pada pertengahan September sampai akhir Nopember 2012 ini, akan memasuki masa peralihan musim, dari musim kemarau ke musim penghujan atau dikenal sebagai musim pancaroba. Selama perioda ini, cuaca akan diramaikan dengan hujan yang terkadang disertai guntur di sore harinya, sesekali mungkin disertai angin puting beliung yang menghantam di suatu wilayah. Namun entah di mana? Bisa di Jakarta, atau di tempat anda berada.
“Angin dan hujan rusak ribuan rumah di Kabupaten Bogor “ demikian tulisan dalam salah satu media cetak nasional, Rabu tanggal 12 September 2012. Tulisan tersebut berisi tentang beberapa desa yang rumahnya rusak akibat yang di terjang angin puting beliung pada hari Seninnya.
Pada hari yang sama, hujan lebat dan puting beliung merusak 74 rumah di Kabupaten Serdang Berdagai, Sumatera Utara. 1 orang tewas tersambar petir dan 8 orang lainnya terluka.
Membaca berita tersebut, kami di BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) biasa memahami bahwa kondisi ini sebagai pertanda musim kering sudah berganti dengan masa transisi. Yakni, masa dimana seringnya terjadi hujan di sore dan menjelang malam. Sepertinya masa transisi sudah mulai menyapa kawasan Bogor, atau bahkan menjadi pertanda kedatangannya di kawasan Jabodetabek.
Lalu apakah yang merusak tersebut adalah angin Puting Beliung atau angin kencang (angin ribut) yang datang secara tiba tiba dari awan yang sama?
Awan dan Angin Ribut
Untuk kasus kejadian angin kencang yang terjadi di Bogor, angin tersebut merupakan angin kencang dalam skala lokal. Angin kencang yang merusak dalam skala lokal hanya bisa keluar dari awan raksasa yang biasa kita kenal sebagai awan Cumulonimbus. Awan Cumulonimbus adalah awan raksasa yang menjulang tinggi hingga 13 km bahkan bisa mencapai 20 km, atau juga dikenal sebagai awan guntur.
Awan ini dapat menimbulkan hujan lebat dan angin kencang (angin ribut), yang bisa disertai butiran es. Di wilayah Indonesia, awan dapat tumbuh sembarang tempat dan waktu, namun lebih sering terjadi pada awal musim hujan dan menjelang akhir musim hujan. Hal ini karena pada awal musim hujan udara masih cukup panas dan kelembabannya mulai tinggi, dan pada akhir musim hujan udara mulai panas dan kelembapannya masih cukup tinggi.
Pada masa pertumbuhan hingga mencapai dewasa dan punah, awan Guntur membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Awan tidak terbentuk secara mendadak, melainkan secara bertahap. Diawali dengan adanya gerakan keseluruhan udara secara vertikal dengan kecepatan sekitar 1 km/menit dan berlangsung sampai ketinggian sekitar 10 km.
Namun demikian di bagian atas awan masih terdapat golakan yang kuat. Saat hujan mulai berlangsung, tekanan udara di bawah awan turun karena udara di bawah awan tersebut menjadi panas, tetapi masih terdapat pertumbuhan awan ke atas, dan pertumbuhan yang ekstrim dapat mencapai 20 km.
Saat pertumbuhan awan telah mencapai maksium, terdapat bagian lain dari awan yang arusnya turun. Arus turun paling besar, ada pada bagian bawah awan dengan kecepatan turun mencapai 0,8 – 1 km/menit. Arus turun tersebut dapat menimbulkan angin mendadak dengan kecepatan tinggi, penurunan mendadak pada suhu udara, dan kenaikan tekanan udara di bawah awan. Angin dengan kecepatan tinggi tersebut dikenal sebagai angin ribut.
Angin Puting Beliung
Entah siapa yang pertama kali memberi nama angin yang merusak ini “Puting Beliung”, namun yang jelas puting beliung adalah bentuk tiupan angin yang sangat kencang dan berskala lokal dengan radius ratusan meter dan dalam waktu yang relatif singkat, antara 3 sampai 5 menit.
Angin terlihat berpilin-pilin lebih mirip corong memanjang dari permukaan tanah hingga dasar awan. Kecepatan angin di pusatnya dapat mencapai lebih dari 100 kilometer per jam. Kisaran besaran kecepatan angin yang dapat menerbangkan atap-atap rumah atau dapat pula menumbangkan pohon yang akarnya tidak terlalu kuat.
Corong angin tersebut dapat terlihat berwarna, warna corong yang semula tidak kelihatan dapat berubah menjadi gelap abu abu setelah melintasi permukaan tanah dengan menerbangkan apa yang dilaluinya atau tetap berawarna seperti awan bila melintasi lautan. Hal itu karena puting beliung berkelakuan selalu menghisap dan menerbangkan benda ringan yang dapat diangkatnya.
Jejak kerusakan akan tertinggal di setiap lintasan yang dilaluinya. Kerusakan umumnya membentuk jalar lintasan sekitar ratusan meter atau bahkan bisa mencapai 1 km jika intensitas puting beliung pada saat itu sangat kuat.
Pada musim pancaroba angin tidak memiliki pola. Suatu saat angin akan bertemu. Pertemuan angin yang berlawanan arah tersebut menyebabkan terbentuk gulungan angin memanjang secara horizontal di permukaan tanah. Gulungan angin tersebut segera akan terangkat keatas menjadi tegak akibat gerak udara verikal yang kuat. Bila tekanan udara di salah satu bagian dari dasar awan tersebut lebih rendah dibandingkan lingkungannya, akan terjadi peningkatan kecepatan putaran angin dalam arah siklonik (berputar masuk kearah dalam). Kecepatan angin akan meningkat seiring dengan kecepatan pertumbuhan awan, hingga awan mencapai dewasa, saat mulai turunnya hujan.
Puting beliung mempunyai beberapa karakteristik sama seperti angin ribut, kebanyakan terjadi di bulan musim pancaroba walau banyak pula kejadian di musim penghujan. Kebanyakan puting beliung lahir dan mati pada sore hari. Sedikit yang terjadi pada menjelang malam atau menjelang pagi. Di waktu tersebut proses pemanasan dipermukaan bumi hampir tidak terjadi. Diperlukan adanya pemanasan dipermukaan yang kuat yang akan meningkatkan gerakan udara vertikal di dalam awan. Gerakan vertikal inilah yang dapat menyebabkan terbentuknya angin puting beliung.
Dari penjelasan singkat tentang angin ribut dan puting beliung, jika dilihat dari dampak kerusakan yang terjadi di Bogor, angin ribut yang lebih mungkin terjadi di Bogor sesuai pemberitaan media dibandingkan dengan tingkat kerusakan akibat angin puting beliung yang radius kerusakannya tidak luas.
Selama perioda pancaroba ini cuaca di wilayah Indonesia akan diramaikan dengan hujan yang terkadang disertai guntur di sore harinya. Sesekali mungkin akan terdengar pula adanya angin ribut atau angin puting beliung yang menghantam di suatu wilayah, namun entah di mana ? Bisa di Jakarta, atau di tempat anda berada.
Hariadi, M.Si Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca, BMKG
© Copyright 2024, All Rights Reserved