Batik adalah karya anak negeri yang patut dibanggakan karena memiliki keunikan di setiap aspeknya. Apalagi sejak disetujui sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO), batik menjadi berkembang dan digemari semua kalangan masyarakat.
Begitulah kata Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia, Jultin Ginandjar Kartasasmita kepada politikindonesia.com, seusia Pres Conference Gelar Batik Nusantara 2013, di Jakarta, Selasa (13/11). “Batik digunakan oleh semua kalangan masyarakat dalam setiap kesempatan. Bahkan, kini para generasi muda tak malu lagi menggenakan batik yang konon identik dengan kalangan tua,” ujarnya.
Dijelaskan, sebelum ada pengakuan dari dunia, pemakaian batik sangat erat kaitannya dengan peristiwa, status sosial dan lambang budaya. Sehingga batik di Indonesia tumbuh menjadi kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi dan bisa menjadi sumber penghasilan. “Untuk tetap melestarikan batik Indonesia, kami akan diselenggarakan Gelar Batik Nusantara pada 17-21 Juli 2013, di Jakarta. Kegiatan ini merupakan bagian dari promosi batik kepada masyarakat Indonesia," ujarnya.
Kepada Elva Setyaningrum, istri mantan Ketua DPD Ginandjar Kartasasmita ini menjelaskan tentang perkembangan batik. Selain itu, tanggapannya tentang serbuan batik Cina. Dia juga memaparkan kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan batik dan pembinaan untuk perajin batik tulis. Berikut petikannya.
Bagaimana anda melihat perkembangan batik saat ini?
Batik mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Kini, batik berkembang pesat dan bagus setelah diakui oleh dunia sebagai warisan budaya asli Indonesia. Saat ini, batik sudah banyak digunakan oleh generasi muda dan sudah mulai dicintai oleh anak muda.
Ini memacu penggiat batik untuk berproduksi lebih banyak lagi. Karena batik saat ini juga telah mengikuti tren untuk diterima masyarakat. Meski tidak berfilosofi, asalkan masih dibuat dengan teknik yang telah ditetapkan, maka itu bisa dikatakan sebagai kain batik asli Indonesia.
Tapi pasar batik di Indonesia juga diramaikan oleh serbuan batik Cina, bagaimana anda meilihatnya?
Sebenarnya, batik asal Cina itu tidak bisa dikatakan batik. Itu adalah tekstil bermotif batik. Karena yang disebut batik adalah prosesnya, mulai dari melukis, memberi malam hingga mencelup dengan warna alami. Nah, produk dari Cina ini, kami menyebutnya tekstil motif batik yang mampu menghasilkan batik yang sama dengan batik Indonesia.
Namun, kami tetap prihatin, karena harganya jauh lebih murah dari produk lokal. Maka tak heran jika pangsa pasar batik lokal pun juga mengalami penurunan. Ini jadi suatu pukulan besar bagi pengrajin batik. Sebenarnya kami ini tidak melarang tekstil motif batik, karena biar bagimanapun itu masih diperlukan oleh masyarakat bawah yang tidak kuat membeli batik tulis atau cap, tapi masih ingin pakai batik. Kami meminta para perajin batik tetap melakukan inovasi lainnya, seperti mendesain motif baru maupun dalam penggunaan kainnya. Dengan demikian, langkah tersebut diharapkan mampu memberi daya tarik tersendiri bagi konsumen lokal.
Dari mana koleksi batik yang ada di yayasan ini?
Koleksi batik yang ada berasal dari upaya kami dan teman-teman untuk mengumpulkan sumbangan batik dari seluruh wilayah Indonesia. Di antaranya dari Bapak Santoso Dullah (Danar Hadi), Paguyuban Sekar Jagad Yogyakarta, Afif Syakur dan para pemerhati batik, seperti Ibu Haryanto Dhanutirto, Ibu Sintowato S. Wironagoro, Ibu Asmoro Damais, Ibu Astuti Yamin dan para pengurus yayasan ini. Bahkan, ada beberapa daerah yang ingin memiliki batik, seperti Gorontalo dan Minahasa.
Bagaimana dengan daerah yang ingin memiliki batik?
Daerah-daerah yang tidak ada batik minta ditumbuhkan batik. Lalu, mereka minta pengarahan dari kami. Memang sudah seharusnya semua daerah di Indonesia memiliki batik.
Tak hanya itu, dengan munculnya berbagai ragam batik di masyarakat, saya berharap hal ini bisa menjadi salah satu langkah untuk mengenalkan budaya mereka melalui corak yang tertuang di dalam setiap batik yang ada.
Jadi, alangkah baiknya jika semua daerah membuat batik, tapi jangan meniru batik dari daerah aslinya di Pulau Jawa. Saya menginginkan batik di daerah punya corak lain agar ada keragaman budaya. Sehingga, daerah-daerah yang bukan sentra batik pun juga turut serta menghasilkan batik asli sebagai eksistensinya masing-masing. Saya sangat bangga dengan pertumbuhan batik di daerah.
Apa yang yayasan lakukan untuk melestarikan batik Indonesia?
Kami sebagai lembaga nirlaba yang juga mitra kerja pemerintah dalam mengembangkan dan melestarikan batik nasional, menetapkan standarisasi sendiri untuk setiap kain yang bisa dikatakan batik. Kami menyebut batik itu adalah kain yang digambar, diberi warna, ditutup dengan malam, dan dilorot. Batik diciptakan melalui sebuah proses dengan mempergunakan "malam". Karena batik merupakan wujud hasil cipta karya seni yang diekspresikan pada motif kain untuk pakaian, sarung dan kain dekoratif lainnya.
Banyak orang salah kaprah terhadap kain bermotif batik yang sebenarnya itu adalah tekstil. Batik yang mengandung unsur seni merupakan kerajinan tangan yang dikerjakan oleh para wanita, sejak dulu. Mereka dengan teliti membuat batik menggunakan alat sederhana canting dan pewarna alami dari tumbuhan.
Sejauh mana pembinaan yang dilakukan terhadap pengrajin batik tulis?
Sejak awal berdirinya, kami sudah mulai memberi bantuan, seperti memberikan modal secara bergilir kepada para perajin batik di wilayah Sragen. Selain itu, kami juga memberikan pembinaan ke daerah-daerah sentral batik yang produksinya menurun.
Pembinaan kami lakukan dengan berkomunikasi dan menanyakan mengapa produksinya menurun. Setelah itu, kami memberikan solusi berupa alat dan modal. Walaupun jumlah tak banyak, tapi itu sangat berarti buat para perajin.
Sejak 18 tahun berdiri, kami sudah turun ke daerah-daerah sentral penghasil batik untuk memberi bantuan dan pembinaan. Di antaranya di Kuningan, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Cirebon.
© Copyright 2024, All Rights Reserved